Dapur, sumu, kasur urusan siapa?

Dapur, Sumur, Kasur Urusan Siapa?

"Bu, Pak Syaiful ada?"
"Pak Syaiful lagi beli lombok sama sawi di warung, itu."
"Serius, Bu, abinya lagi beli lombok?"
"Dua rius, malah"
...
          ***

Mungkin pertanyaan serupa beberapa kali mampir ke telinga kita.
"Ah, mosok suami mau ke pasar?"
"Apa nggak malu, laki-laki beli sayuran ke warung?"
"Istrinya ke mana, kok suaminya yang ke warung?"
Atau mungkin,
"Enak banget yang jadi istrinya."

O ow...apa yang salah dengan suami yang beli lombok ke warung? What's wrong? Help me...eta terangkanlah padaku, please!!

Belanja ke warung beli sayuran adalah hal yang biasa bagi kami. Saya atau suami sering melakukannya. Kadang saya sendiri, kadang suami sendiri, kadang juga bersama. Bahkan ke pasar sekali pun, saat suami longgar waktunya, beliau tak hanya nganter terus nunggu motor di parkiran. Titipkan aja sama Pak Parkir. Beliau ikut masuk pasar. Kadang jalan bareng, kadang juga di belakangku, atau di depanku. Beliau pun tak segan-segan ikut bertransaksi. Beli keperluan dapur yang terlewat dari list pikiranku. Memang kadang-kadang, tak luput ada beberapa mata memandang aneh. "Laki-laki kok belanja ke pasar." (Asytaghfirullah, pikiran kotorku, ampuni hamba Ya Allah)

Dalam hal ini, kami tak berbagi peran. Istri harus begini, suami harus begitu. Bagi kami, siapa yang sedang ingin dan siapa yang sedang longgar, ayo aja. Tak ada malu, tak ada risih. Bahkan sering juga, selepas nganter anak-anak sekolah, jika tidak bablas ke kantor, beliau pulang lagi. Dan sampai rumah, sudah bawa tentengan plastik besar berisi aneka sayuran dan keperluan dapur. Kadang, tidak berhenti sampai di situ, beliau menuntaskan memasak yang mentah tadi jadi mateng semua. Wow...amazing! Good job, suamiku sayang. Terima kasih banyak, ya. Apakah beliau melakukannya dengan terpaksa? Tidak, sama sekali tidak. (Nggak percaya? boleh kok tanya beliau. Colek abi Syaiful) Bahkan beliau dengan senang hati melakukannya. 😙😍😍

Lantas, istri ngapain? Ehem...pertanyaan yang juga pernah nangkring di telinga. (Perlu dijawab nggak nih...??!)
Memangnya, apakah urusan sumur, dapur, dan kasur itu harus urusan istri? Ah, siapa bilang? Apa ada dasarnya?
Emangnya, apakah ada dasarnya juga bahwa zona sumur, dapur, dan kasur itu bukan urusan laki-laki? Aih-aih...jadi bingung nih. Ngapain bingung, woles aja. Kita jalani dengan senang hati.

Aisyah radhiallahu anha adalah juga istri Rasulullah saw yang sangat patuh dan setia. Sebagai istri, kepatuhan Aisyah kepada Nabi Muhammad sungguh besar. Aisyah selalu melayani Rasul dengan baik. Beliau biasa menggiling dan membuat pasta dari tepung. Memasak makanan dan merapikan tempat tidur. Aisyah juga sering membawakan air untuk Nabi berwudhu serta mencucikan pakaian beliau.

Ketika Nabi memberikan unta untuk kurban, Aisyah sendiri yang membuatkan kalung bunga untuk kurban Nabi itu (H.R. Bukhari).  Ketika Nabi tidur, Aisyah meletakkan siwak atau sikat gigi yang terbuat dari akar lengkap dengan air untuk berkumur di dekat ranjang Nabi (H.R. Ahmad). Aisyah juga membersihkan siwak tersebut untuk menghilangkan kotoran yang melekat (H.R. Abu Dawud)

Dan Rasulullah Saw??
Suami terbaik adalah suami yang paling baik pada istri, anak, dan keluarganya. Rasulullah adalah orang yang terbaik dalam urusan keluarga. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik pada keluarganya. Aku sendiri adalah orang yang paling baik pada keluargaku.” (HR. Tirmidzi, no. 3895. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadis ini shohih)

Lantas, bagaimana peran Rasulullah Saw di rumahnya?

أَهْلِهِ قَالَتْ كَانَ فِى مِهْنَةِ أَهْلِهِ ، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ

Dari Al-Aswad, ia bertanya pada ‘Aisyah, “Apa yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan ketika berada di tengah keluarganya?” ‘Aisyah menjawab, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membantu pekerjaan keluarganya di rumah. Jika telah tiba waktu shalat, beliau berdiri dan segera menuju  shalat.” (H.R. Bukhori)

Rasulullah Muhammad saw tidak segan-segan turun tangan membantu keperluan rumah tangga. Menurut Aisyah seperti diriwayatkan Bukhari, Nabi tak segan menyibukkan diri dalam pekerjaan rumah tangga. Misalnya menjahit baju yang sobek, menyapu lantai, memerah susu kambing, belanja ke pasar, membetulkan sepatu dan kantung air yang rusak, menambat dan memberi makan hewannya. Bahkan Rasul pernah memasak tepung bersama-sama dengan pelayannya. Beliau juga memperbaiki dinding rumahnya sendiri.

Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah ditanya: “Apakah yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam rumah?” Ia radhiyallahu ‘anha menjawab: “Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang manusia biasa. Beliau menambal pakaian sendiri, memerah susu dan melayani diri beliau sendiri.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Rasulullah Saw adalah insan pilihan, tetapi beliau selalu rendah hati dan tidak takabur. Bahkan dalam urusan ramah tangga sekali pun, beliau selalu mengambil peran untuk meringankan keluarga. Tidak memberatkan. Beliau tidak merasa segan melakukan pekerjaan rumah tangga. MaasyaAllah...

Masihkah bertanya zona dapur, sumur, dan kasur itu urusan siapa?

Related : Dapur, sumu, kasur urusan siapa?

0 Komentar untuk "Dapur, sumu, kasur urusan siapa?"