"Tak lelo... lelo...lelo... ledhung
cup menengo putraku cah bagus
tak lelo... lelo... lelo... ledhung
enggal bobok mangke mundhak ngantuk
tak gadhang bisa urip mulyo
kinayungan urip kang prasaja
dadiya satria utama
tansah jujur, pendekaring bangsa"
MaasyaaAllah, begitu dahsyat makna "ngudang" bayi, seperti di atas. Begitu hebatnya sesepuh- sesepuh kita mencipta karya sastra. Banyak filosofi makna yang bisa didapat darinya.
***
"Ngudang" bayi. Cara spontanitas tiap orang tua mengayun- ayun sambil menyanyikan bayi yang menangis. Pun bisa juga untuk menghiburnya. Bahasa resminya adalah "MENIMANG." (Eh, jadi ingat lagu "timang - timang anakku sayang").
Kalau bagi saya, lebih akrab dengan istilah "ngudang".
Lantas, apa sih, yang membuat kata "ngudang bayi" begitu penting untuk dikaji?
Ehem, ngudang bayi sejatinya bukan hanya sekadar menyanyikan lagu buat bocah kecil. Lebih dari itu. Ada tatapan mesra dan kasih sayang orang tua dengan anaknya. Ada sentuhan fisik dan psikis yang lekat antara keduanya. Atau, istilah kerennya ada bonding antara keduanya. Ada arti kenyamanan dirasakan anak. Ada perlindungan dan "nina bobok" lembut bagi si kecil. Ada juga nasihat-nasihat yang akan mengalir pada anak kita. Mengapa demikian? Jelas akan terasa laksana petuah lembut untuk ananda tercinta, karena seringnya terdengar oleh si kecil.
Subhanallah, begitu dahsyatnya manfaat ngudang bayi. Tapi...ada yang cukup menggelitik di hati,
saat menyaksikan emak- emak atau para orang tua menggendong putra putri tercintanya dengan syair yang kurang menggigit atau mungkin, nggak nyaman dirasa secara makna.
"Nang ning nung ning nang ning nung...anake sopo to iki?"
Kalau bayi bisa ngomong, dia pasti akan bilang,"Lah, memangnya, aku anaknya siapa, ibu? Atau, jangan -jangan aku bukan anak ibu? " (sambil baper ala bayi, kali ya...). Gubrak!! Jadi tercekat, kan, kita.
Atau, ada juga misalnya, orang tua yang menimang bayinya,"Tong...dudu blek. Blek dudu tong..." enggak bermakna banget, kan.
***
"Ngudang bayi." Sama-sama menghibur bayi kita. Sama-sama meninabobokkan bayi kita. Sama-sama menenangkan bayi kita. Sama-sama mengalirkan sugesti pada buah hati kita, mengapa tidak kita pilihkan sugesti-sugesti positif yang lebih bermakna, lebih edukatif dan bernilai rasa tinggi.
" Anak sholih, Nak. Pinter ngaji, Nak. Rajin sholat, Nak. Suka belajar, Nak. Sayang teman, Nak." Bisa pula energi positif lainnya.
Bacaan sholawat nabi dan tilawah Al Quran pun takkalah hebatnya. Lebih hebat, malah. Anak senang. Orang tua tenang. Kesholihannya pun bakal didatangkan.
Wallahu a'lam.
#belajarjadiumi yang dekat dengan anak
#DWC30 jilid 11 day2
0 Komentar untuk "Di Balik Spontanitas "Ngudang" Bayi"