Bertengkar Lagi...Bertengkar Lagi...

Bertengkar Lagi...Bertengkar Lagi...

"Ibu, kakak nakal. Penggarisku diambil kakak nggak bilang-bilang!"
"Adik yang duluan, Buk. Aku nggak ngapa-ngapain, tiba-tiba adik nyorat-nyoret bukuku."
"Week...!" (Sambil menjulurkan lidah)
"Week...!" kakaknya pun membalas yang serupa.
"Sudah-sudah! Semua diam, bikin ibu tambah pusing nih!"
Lengkap sudah. Anak-anak bertengkar, orang tua ikut masuk zona pertengkaran tersebut.

        ***
Pertengkaran kecil. Ya. Setiap kali anak-anak kita berkumpul, ada saja alasan yang bisa menjadikan mereka bertengkar. Mulai dari berebut alat tulis, channel tv, menu makanan, tempat duduk, hingga hal-hal kecil bisa jadi pemicu pertengkaran mereka. Atau barangkali, pertengkaran terjadi karena merasa cemburu satu sama lain atas perlakuan orang tuanya. Bisa juga pertengkaran muncul karena suasana hatinya yang sedang tidak nyaman, seperti; ngantuk, kesal, lapar, bosan, atau kepanasan.  Atau bisa jadi pertengkaran anak-anak kita sering terjadi karena ada "mode" dari orang tuanya yang sering bertengkar di hadapan anak-anak. Nah, imbasnya anak-anak, kan? Mereka jadi merasa bertengkar itu biasa karena orang tuanya pun terbiasa bertengkar di hadapan mereka.

Pertengkaran ini terjadi saat mereka bertemu. Padahal, ketika berjauhan salah satu dari ananda kita akan bertanya, "Kakak lagi ngapain ya, Buk?" Atau kakaknya yang bertanya, "Adik nanti pulang jam berapa ya, Buk?" (Pasti sudah kangen kakaknya) Atau seringkali mereka akan menyisihkan makanan yang dia punya untuk saudaranya nanti. Itu saat berpisah.

Saat berkumpul, baru 10 menit saja kadang-kadang sudah mulai babak baru. Rumah jadi ramai bak lagi ada adegan shooting film atau sinetron. Adu akting pemeran protagonis dengan antagonis. Hi...seru-seru gemes lihatnya.

Sejatinya, selama pertengkaran anak-anak kita tidak sering dan masih dalam batas kewajaran, ada hikmah yang bisa mendatangkan pembelajaran bagi mereka. Beberapa pembelajaran bagi mereka di antaranya;
1. Ananda akan belajar mengenal hak milik dan adab meminta izin saat mau pinjam milik orang lain
2. Belajar arti berbagi
3. Belajar mengendalikan emosi
4. Belajar arti perdamaian
5. Belajar arti memaafkan
6. Belajar "problem solving"
7. Belajar bersosialisasi

Semua itu akan dipahami anak, salah satunya ketika pertengkaran mereka selesai. Ada bagian-bagian yang membuat ananda tahu ternyata kalau bukan benda milik sendiri tidak boleh asal ambil, harus izin dulu, dan tidak berebut. Ternyata, meminjami dan berbagi itu menyenangkan. Suatu saat akan gantian dipinjami dan dibagi. Ternyata, menahan emosi bicara buruk dan menahan untuk tidak memukul itu akan menenangkan hati semua orang. Pun sebaliknya, jika tidak mampu menahan emosi akan saling mengejek. Ternyata, damai dan saling memaafkan itu menyejukkan hati. Ternyata, setiap permasalahan itu harus disikapi dengan penyelesaian yang baik. Dan ternyata, satu sama lain itu tidak akan bisa hidup sendirian. Kita saling membutuhkan.
Semua itu akan langsung diserap anak, salah satunya setelah mereka "bertengkar". Ya. Pertengkaran kecil.

Lantas, apa berarti kita harus membiarkan saja saat anak-anak kita bertengkar? Ada hal- hal di mana kita segera dibutuhkan untuk menengahi mereka, tetapi ada saatnya juga kita menghindar untuk memberi kesempatan pada mereka bagaimana menemukan "problem solving" mereka tanpa keterlibatan kita. Semua itu tergantung kondisi pertengkarannya. Berbahaya atau tidak.
Langkah yang bisa kita lakukan, di antaranya:
1. Hindari emosi
    Tenangkan diri, tarik napas, tahan lisan kita dari ucapan-ucapan yang kurang menyejukkan. Mereka anak-anak.

2. Hindari jadi penonton
    Ketika mereka sedang ada konflik kecil, sebisa mungkin kita menghindari untuk menjadi penonton. Tinggalkan ruangan, sambil tetap memantau dari kejauhan.

3. Bertindaklah sebagai wasit
    Sebisa mungkin, kita tidak memihak salah satu dari mereka. Terlebih, biasanya lisan kita akan spontan menyalahkan sang kakak. Kakak terus yang disuruh mengalah demi adiknya. Sementara kita benar-benar belum tahu duduk perkaranya. (Ah, kalau begini ceritanya, kasihan anak mbarep jika harus selalu disuruh mengalah)
Wasit akan menjadi penengah yang bijak dan baik.

4. Rangkul semua anak kita
    Hemm...manakala pertengkaran sudah pada titik antiklimaks, mereda dan mereda...rangkul mereka semua. "Kalian semua adalah anak-anaknya umi yang saling menyayangi dan melindungi satu sama lain."(titipkan pesan itu pada mereka)

5. Beri solusi di saat yang tepat
    Saat suasana santai, sambil menikmati cemilan, saat bercengkerama bersama keluarga, misi terselubung mulai kita jalankan. Sisipkan nasihat-nasihat tentang senangnya kerukunan, indahnya berbagi dan memberi, ikhlasnya rasa hati saat saling memaafkan. MaasyaaAllah...Solusi melekat di saat yang tepat.

#belajarjadiumi yang dekat dengan anak
#30DWCjilid11day9

Related : Bertengkar Lagi...Bertengkar Lagi...

0 Komentar untuk "Bertengkar Lagi...Bertengkar Lagi..."