Hormati Ulama, Hormati Guru
Saat Guru Tak Lagi "Digugu dan Ditiru" ...
Saat Ulama Tak Lagi Dipandang Mulia ...
Satu kata, MIRIS. Miris atas kerusakan moral yang terjadi di negeri kita. Negeri, yang konon kental dengan budaya ketimuran, budaya yang mengedepankan "unggah-ungguh, tata krama". Tapi justru tercoreng oleh keberingasan para pemilik jiwa takbermoral.
Jika dulu kita mengenal wejangan dari orang tua, guru itu kudu digugu lan ditiru, sekarang nsmpaknta mulai memudar. Masih lekat di ingatan, pesan orang tua kita saat mengantar sekolah lewat nyanyian karya Ibu Sud;
"Oh, ibu dan ayah, selamat pagi
kupergi sekolah sampai kan nanti
selamat belajar nak penuh semangat
rajinlah selalu tentu kau dapat
hormati gurumu sayangi teman
itulah tandanya kau murid budiman."
Pesan itu terus membekas di hati. Setiap kita sampai sekolah lebih dulu, sementara Pak Guru baru saja datang, kita akan beramai-ramai berucap," Tindak Pak Guru...", atau "Pak Guru sudah datang!", kemudian menyalami beliau dan berebut membawakan tasnya. Oh, kala itu. Begitu ihtiramnya kita pada guru. Bahkan ketika mau izin ke belakang saja, para siswa akan membungkuk seraya izin dengan sopan dan santun. Betul-betul hormat pada guru.
Begitu pun pada ulama. Ulama adalah pewaris nabi. Banyak ilmu yang dipunya. Kita harus dan harus menghormatinya.
Tapi, dua kejadian memprihatinkan dalam kurun waktu yang hampir bersamaan telah melanda negeri kita. Bentuk hormat pada ulama dan guru sudah tak lagi melekat di hati. Berubah jadi rasa benci. Oleh para oknum yang tak bertanggungjawab. Na'udzu billah tsumma na'uudzu billah. Ilmu yang seharusnya dijunjung tinggi, justru "diinjak-injak" dengan tanpa batas. Allah saja neninggikan derajat orang-orang yang berilmu, mengapa justru makhluk-Nya merendahkan bahkan menghinakan.
Surat Al Mujadilah Ayat 11
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
"Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya ALLAH AKAN MENINGGIKAN ORANG-ORANG YANG BERIMAN DI ANTARAMU DAN ORANG-ORANG YANG DIBERI ILMU PENGETAHUAN DENGAN BEBERAPA DERAJAT. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Sungguh Allah swt mengagungkan serta meninggikan derajat para ulama dan guru.
***
Ayah Bunda, sangatlah patut kiranya, jika kita kembali menengok jauh ke belakang, di masa para sahabat sangat menghormati para gurunya. Bagaimana Rasulullah mengajarkan para sahabat untuk memuliakan dan menghormati para guru dan ulama. Wasiat nabi tersebut perlu kiranya kita sampaikan juga pada putra putra kita.
Bagaimana Islam mengajarkan seorang pelajar memuliakan para guru dan alim ulama?
1. Seorang pelajar hendaklah hormat pada gurunya, mengikuti pendapat dan petunjuknya. Bahkan antara siswa dengan guru itu ibarat pasien yang patuh pada dokter yang mengobatinya.
Ibnu Abbas adalah seorang sahabat yang alim, ahli tafsir umat ini. Suatu saat ia pernah menuntun tali hewan tunggangan Zaid bin Tsabit al-Anshari dan berkata, "Seperti inilah kami diperintahkan untuk memperlakukan para ulama kami." Inilah yang dia lakukan sebagai bentuk penghormatan kepada guru.
2. Seorang pelajar hendaklah memandang gurunya dengan keagungan.
Ar Rabi' berkata,"Demi Allah, aku tidak berani meminum air sedangkan Asy Syafi'i melihatku, karena rasa hormatku padanya ( guru)."
3. Hendaknya pelajar mengetahui yang harus diberikan kepada gurunya dan tidak melupakan jasanya.
Selayaknya bagi anak terpelajar selalu mendoakan gurunya selama hayatnya. Kalau sudah wafat hendaknya memohonkan ampun untuknya, bersedekah untuknya, meneladani kepribadiannya.
4. Jika guru mempunyai perangai kasar dan keras, hendaklah murid bersikap sabar. Perangai guru itu jangan sampai menghalangi siswa untuk selalu menyertai dan mengambil ilmunya. Jika gurunya bersikap keras dan marah, hendaklah ia memaafkan dan memaklumi bahwa marahnya itu timbul karena dirinya. (Ada pembahasan tersendiri tentang kewajiban para guru)
5. Seorang pelajar hendaknya duduk dengan sopan di depan gurunya, tenang, merendahkan diri, dan memperhatikan.
6. Seorang pelajar hendaknya memperhatikan adab meminta izin jika ada keperluan, hingga gurunya mengizinkan.
7. Jika tidak paham dan ingin bertanya, seorang pelajar hendaknya bertanya dengan tenang, jelas, lembut, dan tidak menanyakan sesuatu yang dia sudah tahu jawabannya.
Kalau kita tidak mengetahui sesuatu maka kita diperintahkan untuk bertanya kepada ahlinya, sebagaimana firman Allah dalam Qs. An-Nahl: 43.
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ ۚ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
"Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui" (Qs. An-Nahl: 43)
MaasyaaAllah, begitu mulia dan tingginya derajat para pemilik ilmu -ulama dan guru- sehingga tidak ada satupun alasan untuk menghinakannya.
Hormat kami padamu wahai para ulama, wahai para guru.
Nasyid "Jasa Guru" Hawari
Telah lama kita bersama
Dalam sebuah tumpuan ilmu
Mari kita kenang bersama
Akan jasanya seorang guru
Jasa guruku tak terhingga
Aku tak kan melupakannya
Banyak ilmu yang ku dapatkan
Jasanya ku ingat sepanjang masa
Banyak sudah pengorbanannya
Untuk kemajuan kita semua
Jangan sampai kita merasa
Semua itu kan sia-sia
Mari-mari kita doakan
Agar dosa Guru diampunkan
Jasanya diberikan pahala
Akhirat sana Allah bahagiakan
*disarikan dari buku Tarbiyatul Aulad
#saveulama
#saveguru
#belajarjadiumi yang dekat dengan anak
#30DWCjilid11day13
Saat Guru Tak Lagi "Digugu dan Ditiru" ...
Saat Ulama Tak Lagi Dipandang Mulia ...
Satu kata, MIRIS. Miris atas kerusakan moral yang terjadi di negeri kita. Negeri, yang konon kental dengan budaya ketimuran, budaya yang mengedepankan "unggah-ungguh, tata krama". Tapi justru tercoreng oleh keberingasan para pemilik jiwa takbermoral.
Jika dulu kita mengenal wejangan dari orang tua, guru itu kudu digugu lan ditiru, sekarang nsmpaknta mulai memudar. Masih lekat di ingatan, pesan orang tua kita saat mengantar sekolah lewat nyanyian karya Ibu Sud;
"Oh, ibu dan ayah, selamat pagi
kupergi sekolah sampai kan nanti
selamat belajar nak penuh semangat
rajinlah selalu tentu kau dapat
hormati gurumu sayangi teman
itulah tandanya kau murid budiman."
Pesan itu terus membekas di hati. Setiap kita sampai sekolah lebih dulu, sementara Pak Guru baru saja datang, kita akan beramai-ramai berucap," Tindak Pak Guru...", atau "Pak Guru sudah datang!", kemudian menyalami beliau dan berebut membawakan tasnya. Oh, kala itu. Begitu ihtiramnya kita pada guru. Bahkan ketika mau izin ke belakang saja, para siswa akan membungkuk seraya izin dengan sopan dan santun. Betul-betul hormat pada guru.
Begitu pun pada ulama. Ulama adalah pewaris nabi. Banyak ilmu yang dipunya. Kita harus dan harus menghormatinya.
Tapi, dua kejadian memprihatinkan dalam kurun waktu yang hampir bersamaan telah melanda negeri kita. Bentuk hormat pada ulama dan guru sudah tak lagi melekat di hati. Berubah jadi rasa benci. Oleh para oknum yang tak bertanggungjawab. Na'udzu billah tsumma na'uudzu billah. Ilmu yang seharusnya dijunjung tinggi, justru "diinjak-injak" dengan tanpa batas. Allah saja neninggikan derajat orang-orang yang berilmu, mengapa justru makhluk-Nya merendahkan bahkan menghinakan.
Surat Al Mujadilah Ayat 11
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
"Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya ALLAH AKAN MENINGGIKAN ORANG-ORANG YANG BERIMAN DI ANTARAMU DAN ORANG-ORANG YANG DIBERI ILMU PENGETAHUAN DENGAN BEBERAPA DERAJAT. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Sungguh Allah swt mengagungkan serta meninggikan derajat para ulama dan guru.
***
Ayah Bunda, sangatlah patut kiranya, jika kita kembali menengok jauh ke belakang, di masa para sahabat sangat menghormati para gurunya. Bagaimana Rasulullah mengajarkan para sahabat untuk memuliakan dan menghormati para guru dan ulama. Wasiat nabi tersebut perlu kiranya kita sampaikan juga pada putra putra kita.
Bagaimana Islam mengajarkan seorang pelajar memuliakan para guru dan alim ulama?
1. Seorang pelajar hendaklah hormat pada gurunya, mengikuti pendapat dan petunjuknya. Bahkan antara siswa dengan guru itu ibarat pasien yang patuh pada dokter yang mengobatinya.
Ibnu Abbas adalah seorang sahabat yang alim, ahli tafsir umat ini. Suatu saat ia pernah menuntun tali hewan tunggangan Zaid bin Tsabit al-Anshari dan berkata, "Seperti inilah kami diperintahkan untuk memperlakukan para ulama kami." Inilah yang dia lakukan sebagai bentuk penghormatan kepada guru.
2. Seorang pelajar hendaklah memandang gurunya dengan keagungan.
Ar Rabi' berkata,"Demi Allah, aku tidak berani meminum air sedangkan Asy Syafi'i melihatku, karena rasa hormatku padanya ( guru)."
3. Hendaknya pelajar mengetahui yang harus diberikan kepada gurunya dan tidak melupakan jasanya.
Selayaknya bagi anak terpelajar selalu mendoakan gurunya selama hayatnya. Kalau sudah wafat hendaknya memohonkan ampun untuknya, bersedekah untuknya, meneladani kepribadiannya.
4. Jika guru mempunyai perangai kasar dan keras, hendaklah murid bersikap sabar. Perangai guru itu jangan sampai menghalangi siswa untuk selalu menyertai dan mengambil ilmunya. Jika gurunya bersikap keras dan marah, hendaklah ia memaafkan dan memaklumi bahwa marahnya itu timbul karena dirinya. (Ada pembahasan tersendiri tentang kewajiban para guru)
5. Seorang pelajar hendaknya duduk dengan sopan di depan gurunya, tenang, merendahkan diri, dan memperhatikan.
6. Seorang pelajar hendaknya memperhatikan adab meminta izin jika ada keperluan, hingga gurunya mengizinkan.
7. Jika tidak paham dan ingin bertanya, seorang pelajar hendaknya bertanya dengan tenang, jelas, lembut, dan tidak menanyakan sesuatu yang dia sudah tahu jawabannya.
Kalau kita tidak mengetahui sesuatu maka kita diperintahkan untuk bertanya kepada ahlinya, sebagaimana firman Allah dalam Qs. An-Nahl: 43.
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ ۚ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
"Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui" (Qs. An-Nahl: 43)
MaasyaaAllah, begitu mulia dan tingginya derajat para pemilik ilmu -ulama dan guru- sehingga tidak ada satupun alasan untuk menghinakannya.
Hormat kami padamu wahai para ulama, wahai para guru.
Nasyid "Jasa Guru" Hawari
Telah lama kita bersama
Dalam sebuah tumpuan ilmu
Mari kita kenang bersama
Akan jasanya seorang guru
Jasa guruku tak terhingga
Aku tak kan melupakannya
Banyak ilmu yang ku dapatkan
Jasanya ku ingat sepanjang masa
Banyak sudah pengorbanannya
Untuk kemajuan kita semua
Jangan sampai kita merasa
Semua itu kan sia-sia
Mari-mari kita doakan
Agar dosa Guru diampunkan
Jasanya diberikan pahala
Akhirat sana Allah bahagiakan
*disarikan dari buku Tarbiyatul Aulad
#saveulama
#saveguru
#belajarjadiumi yang dekat dengan anak
#30DWCjilid11day13
0 Komentar untuk "Hormati Ulama, Hormati Guru"