"Kenapa umi nggak sholat?"
"Kak, sholatnya bareng adik dulu, ya. Nanti kakak yang jadi imam."
"Nggak mau! Aku maunya bareng umi. Umi yang jadi imam!"
"Umi lagi nggak sholat. Nggak boleh sholat, malah. Kalau umi ikut sholat nanti dosa."
"Umi, enaaakk...nggak sholat. Aku juga mau. Kenapa umi nggak boleh sholat?"
"Ya, pokoknya umi nggak boleh sholat!"
...???... (anak bingung sendiri)
Penggalan percakapan serius yang penuh tanda tanya.
...
Ayah Bunda, barangkali penggalan percakapan seperti di atas hampir setiap keluarga muslim pernah mengalaminya. Betapa tidak, setiap bulan seorang ibu akan mengalami masa menstruasi/haid. Pada masa itu, benar-benar menjadikan kita sebagai seorang ibu harus terus menyiapkan jawaban yang tepat, tuntas, dan jujur. Tepat, sesuai perkembangan usia ananda. Tuntas, dalam memberikan jawaban pada ananda kita supaya paham sesuai persepsinya saat itu. Persepsi seorang anak dan tentunya masih ada tugas kita untuk menuntaskan pemahamannya secara lebih tuntas seiring perkembangan usia mereka. Jujur, tanpa membohongi ananda kita dengan jawaban yang tidak benar.
Satu hal yang menjadikan kita, sebagai orang tua, harus terus mengejar ilmu kepengasuhan anak adalah karena secara alamiah anak suka bertanya. Rasa ingin tahunya tinggi. Dan rasa ingin tahu yang tinggi tidak pantas kita matikan. Selain dapat mematikan rasa ingin tahu anak, akan dapat menjadikan anak nyaman untuk cerita dan bertanya kepada orang lain yang lebih "welcome" dengannya. Bukan dengan kita sebagai orang tuanya.
Lantas, bagaimana ketika tiba-tiba anak kita bertanya sesuatu hal yang mungkin "tabu" secara mayoritas keumuman, berbau seksualitas, termasuk pertanyaan tentang kenapa nggak sholat, kenapa haid, dan pertanyaan sejenisnya.
Yang perlu kita lakukan adalah tetap bersikap tenang, tidak nampak terkejut, apalagi marah-marah atau membentak sembari mengatakan "pokoknya...", atau "udah, nggak usah tanya-tanya lagi". Kendalikan diri dan ikuti alur berpikirnya anak-anak.
Ketika anak sudah mulai bertanya dan ingin tahu atas jawabannya, berarti memang dia sudah butuh jawaban yang tepat. Jadi, berdialoglah dengan santai, tidak tegang, atau marah.
Kunci menjawab pertanyaan kritis anak-anak adalah sikap positif dan terbuka. Beri penjelasan dengan bahasa yang sederhana, ilmiah, tapi tetap sesuai dengan perkembangan usia anak kita, tidak perlu panjang lebar yang malah membingungkan anak.
Ketika ada tanda -tanda anak sudah mulai diam, paham sesuai versinya, kita sudahi jawaban tersebut. Selanjutnya, seiring perkembangan usianya kita sambil melengkapi penjelasan tersebut.
"Kenapa umi nggak sholat?"
"Kak, umi nggak sholat karena lagi haid."
"Haid itu apa, sih, Mi?"
"Haid itu keluarnya darah dari vagina/ kemaluan seorang wanita. Besok kalau sudah besar, kakak juga akan mengalaminya."
"Kalau anak laki-laki, Mi?"
"Kalau anak laki-laki tidak haid. Haid itu untuk anak perempuan. Besok anak perempuan juga akan hamil/ mengandung."
"Kok kalau haid nggak boleh sholat, Mi?"
"Karena Allah memerintahkan begitu, Kak. Wanita yang haid itu tidak boleh sholat juga tidak boleh puasa. Nah, sebagai hamba Allah yang beriman, wajib mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya."
Wallaahu a'lam.
#belajarjadiumi yang dekat dengan anak
#30DWCjilid11day14
"Kak, sholatnya bareng adik dulu, ya. Nanti kakak yang jadi imam."
"Nggak mau! Aku maunya bareng umi. Umi yang jadi imam!"
"Umi lagi nggak sholat. Nggak boleh sholat, malah. Kalau umi ikut sholat nanti dosa."
"Umi, enaaakk...nggak sholat. Aku juga mau. Kenapa umi nggak boleh sholat?"
"Ya, pokoknya umi nggak boleh sholat!"
...???... (anak bingung sendiri)
Penggalan percakapan serius yang penuh tanda tanya.
...
Ayah Bunda, barangkali penggalan percakapan seperti di atas hampir setiap keluarga muslim pernah mengalaminya. Betapa tidak, setiap bulan seorang ibu akan mengalami masa menstruasi/haid. Pada masa itu, benar-benar menjadikan kita sebagai seorang ibu harus terus menyiapkan jawaban yang tepat, tuntas, dan jujur. Tepat, sesuai perkembangan usia ananda. Tuntas, dalam memberikan jawaban pada ananda kita supaya paham sesuai persepsinya saat itu. Persepsi seorang anak dan tentunya masih ada tugas kita untuk menuntaskan pemahamannya secara lebih tuntas seiring perkembangan usia mereka. Jujur, tanpa membohongi ananda kita dengan jawaban yang tidak benar.
Satu hal yang menjadikan kita, sebagai orang tua, harus terus mengejar ilmu kepengasuhan anak adalah karena secara alamiah anak suka bertanya. Rasa ingin tahunya tinggi. Dan rasa ingin tahu yang tinggi tidak pantas kita matikan. Selain dapat mematikan rasa ingin tahu anak, akan dapat menjadikan anak nyaman untuk cerita dan bertanya kepada orang lain yang lebih "welcome" dengannya. Bukan dengan kita sebagai orang tuanya.
Lantas, bagaimana ketika tiba-tiba anak kita bertanya sesuatu hal yang mungkin "tabu" secara mayoritas keumuman, berbau seksualitas, termasuk pertanyaan tentang kenapa nggak sholat, kenapa haid, dan pertanyaan sejenisnya.
Yang perlu kita lakukan adalah tetap bersikap tenang, tidak nampak terkejut, apalagi marah-marah atau membentak sembari mengatakan "pokoknya...", atau "udah, nggak usah tanya-tanya lagi". Kendalikan diri dan ikuti alur berpikirnya anak-anak.
Ketika anak sudah mulai bertanya dan ingin tahu atas jawabannya, berarti memang dia sudah butuh jawaban yang tepat. Jadi, berdialoglah dengan santai, tidak tegang, atau marah.
Kunci menjawab pertanyaan kritis anak-anak adalah sikap positif dan terbuka. Beri penjelasan dengan bahasa yang sederhana, ilmiah, tapi tetap sesuai dengan perkembangan usia anak kita, tidak perlu panjang lebar yang malah membingungkan anak.
Ketika ada tanda -tanda anak sudah mulai diam, paham sesuai versinya, kita sudahi jawaban tersebut. Selanjutnya, seiring perkembangan usianya kita sambil melengkapi penjelasan tersebut.
"Kenapa umi nggak sholat?"
"Kak, umi nggak sholat karena lagi haid."
"Haid itu apa, sih, Mi?"
"Haid itu keluarnya darah dari vagina/ kemaluan seorang wanita. Besok kalau sudah besar, kakak juga akan mengalaminya."
"Kalau anak laki-laki, Mi?"
"Kalau anak laki-laki tidak haid. Haid itu untuk anak perempuan. Besok anak perempuan juga akan hamil/ mengandung."
"Kok kalau haid nggak boleh sholat, Mi?"
"Karena Allah memerintahkan begitu, Kak. Wanita yang haid itu tidak boleh sholat juga tidak boleh puasa. Nah, sebagai hamba Allah yang beriman, wajib mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya."
Wallaahu a'lam.
#belajarjadiumi yang dekat dengan anak
#30DWCjilid11day14
0 Komentar untuk "Kenapa umi nggak sholat?"