Aminkan" Asa dan Cita-cita Anak Kita


(13 September 2017)
"Mi, nanti sore umi yang njemput anak -anak, ya. Abi nggak bisa."
"Siap, bi."
-----
Emak dah mboncengin duo kakak beradik. Tetiba di lampu merah, terpampang baliho besar bertuliskan "main game *o* berhadiah 7 milyar."
Si kakak pertama langsung nyeletuk, "Mi, aku ikut game itu boleh? Nanti kalau dapat 7 milyar, aku bisa BANTU umi sama abi, biar punya uang banyak. (Mungkin tahu kali ye, kalo abi uminya pas -pasan)
Ulala...so sweet, my son.
"Emangnya, mas tahu itu game apa? (Emaknye yang gaptek, betul -betul zonk, deh, untuk urusan itu)
"Mas fatih rajin sholat, semangat belajar, sayang saudara, berbakti pada orang tua, itu sudah sangat ...sangat membantu umi."
Selang beberapa menit, di perjalanan, si kakak masih mbahas yang tadi.
"Mi, abi sama umi kan pingiiiin banget naik haji. Nah, kalau aku boleh ikutan game tadi, dan dapat uangnya, kan bisa buat biaya naik haji. Aku bisa bantu umi abi berangkat haji.
Jlebbbb....!!!
(Terima kasih, ya ,mas.)
Dialog berlanjut. Sampai pada kekhawatiran perjudian dan halal haramnya sebuah hasil.
"Umi juga nggak tahu tentang halal haramnya. Nanti kita cari tahu, ya. "
"Mending, mas bikin aja program game yang islami dan mendidik.
Mas, umi sangaaat senang atas keinginanmu untuk bisa membantu umi dan abi. Umi hanya bisa mendoakan dan meng-aminkan asamu."
...
----
Dalam dialog kecil di rumah, kakak kedua tiba-tiba bilang sama abi umi.
"Mi, aku besok pingin jadi chef di sebuah restoran. Dan aku juga pemiliknya.
Besok, kalau abi sama umi pingin makan minum, kubawa ke restoranku aja. Abi sama umi tinggal pilih menu apa, semuanya gratis tiis, deh, sampai abi umi kenyang.
Owh...co cwiiit...
Senja temaram, saat di dapur, tiba-tiba kakak ndeketi umi sambil bilang,"Mi, aku ikut lomba menulis, boleh? Kalau juara 1, katanya hadiahnya 20 juta, lho, Mi. Nah, kalau aku dapat hadiah, uangnya mau aku kasihkan ke abi sama umi aja."
"Buat apa, kak?"
"Biar abi sama umi bisa berangkat umroh bersama-sama."
"MaasyaaAllah, terima kasih, ya, kak..."
Umi hanya bisa meng-aminkan asamu, Nak.
------
Lain lagi ceritanya dengan kakak ketiga.
"Mi, aku pingin bantu-bantu umi, ya. Biar umi nggak capek. Aku bisa nyuci piring, kok. Aku juga mau, bantu umi nglipat baju. Ayo, mi... Biar kita bisa main lagi sama-sama."
Jlebb...
Umi hanya bisa mendoakan dan meng-aminkan asamu, Nak.
Empat hari yang lalu, pun sebuah episode mengharukan muncul di pojok teras depan rumah.
Saat emak menyapu kamar, terlihat dari jendela, kakak ketiga mojok sendiri sambil pegang sendal jepit pink yang putus milik kakaknya. Seketika, dorongan hati ini begitu kuat untuk menyapanya. Kudekati dia.
"Kakak lagi ngapain?"
"Ini, lho, Mi. Kan sendal kakak putus, aku lihat- lihat siapa tahu bisa nyambungin. Nanti kan bisa dipakai lagi. Kasihan kakak, Mi, sendalnya putus."
(Ya Allah ya karim, moga kau istiqomahkan hati anak -anak hamba.)
"Terima kasih, ya, kak." Seketika, kucium keningnya di antara rambut keritingnya yang menjulur ke depan.
Hemmm...rasaku ada pada rasamu, anak -anakku.
Dan Rasaku mengintip rasamu...
ROBBII HABLII MINASH SHOOLIHIIN
ROBBII HABLII MINASH SHOOLIHIIN
ROBBII HABLII MINASH SHOOLIHIIN
Aamiin...yaa robbal 'aalamiin...
*jangan pernah remehkan asa dan cita anak-anak kita, sekecil apapun
*aminkan jika asa dan cita-cita mereka baik, doakan menjadi baik jika belum baik

Related : Aminkan" Asa dan Cita-cita Anak Kita

0 Komentar untuk "Aminkan" Asa dan Cita-cita Anak Kita"