Ribuan kata takkan mampu mengungkapkan segala rasa tentang latansa. Bahkan saat diungkapkan secara lisan, dalam sehari pun, bisa jadi takkan usai juga. Meski kemampuan bicara kaum hawa bisa mencapai 20.000 kata perhari, nampaknya belum juga tercukupi. Oh, latansa. Ini sekadar euforia apa buncahan rasa?? Oh, no...no...nooo, lebiiih dari itu.
Bahkan ini lebih pada segudang kisah. Kisah para akhwat, ummahat dalam menggali daya. Daya semangat. Daya loyalitas. Daya militansi. Daya fisik. Pun lebiiih lagi. Ya. Ini pun bicara cinta. Ada selaksa cinta dari latansa.
*
Bermula dari rumah dan keluarga
Seminggu bahkan dua minggu sebelumnya, diskusi kecil pasangan suami istri bermula. Izin dan ridho suami dipinta. Khawatir tak dapat izin. Eh, begitu disampaikan, dukungan pun 100% didapat. Malah beliau sendiri yang mendaftarkan umi. Alhamdulillah, terima kasih, ya habibi. Makin dalam lagi cintaku padamu, eaa...eaa...eaa...
Jelang hari H, suami tercinta kena demam tinggi, disusul asam lambung dan vertigo umi malah mulai kambuh. Ada dilema dan galau di hati. Antara berangkat dan tidak. Gimana suami, gimana anak2?
Tapi, eh, tapi...doi justru bilang,"Mi, kalau nanti nggak jadi ikut, nyesel lho. Nggak bisa ketemu temen2 umi." Ouoh...co cweet...makcless, rasa hati. Ini lho, bagian yg jg umi suka dari abi. Hohow...motivasimu begitu memendarkan galau yg menguat.
Bismillah...preparing
*
Latansa menggetarkan jiwa
Pukul 02.00 dini hari, rombongan berangkat. Bismillah. Selaksa cinta kembali menyapa. Saat tiba di lokasi, semangat mulai membara. Lautan jilbab putih mendawai dawai. Saling menyemangati. Bersua dalam ceria. Reuni?? Tentulah bisa. Cipika cipiki?? So pasti. Ibarat satu keluarga yg lama terpisahkan. Tiba2 dipersatukan dalam langkah juang. MaasyaaAllah, haru dalam syahdu.
Belum usai kisah itu, saat hujan mendera. Kurang lebih 5 jam. Tetap bertahan dalam guyuran hujankah?? So pasti!! Justru, inilah pembuktian, saat ta'liful qulub antarsahabat di hadapan mata. Apa tetap semangat??! Di sinilah, SEMANGAT MENULAR. Semangat kolektif menular pada tiap individu. Lebih dahsyat lagi, manakala kita dapat suntikan energi. Taujih para ustadz yg begitu menyentuh qolbu. Tiga pondasi penting, KADER YG MILITAN, STRUKTUR YG SHOLID, & KEBERKAHAN KOLEKTIF. Tiga point itu terus terngiang-ngiang di hati. Begitu nancep. Paling mengena buatku, adalah adanya keberkahan kolektif. MaasyaaAllah. Kita bukan orang kaya, bukan pejabat, tapi setiap ada keperluan, alhamdulillah bisa tercukupi. Di situlah ada keberkahan. Dari kata "birkah", sumur. Sumber air yg selalu memancarkan airnya. Itulah keberkahan.
*
Antara kentang dan bistik
Di tengah guyuran hujan, kita tetap bertahan. Meski terlihat ada sahabat yg menggigil kedinginan, namun tetap bertahan. Lapar?? Pasti. Sempat terbayang sepiring nasi putih mengepul dengan sambal terasi plus bandeng yg baru aja digoreng, hangaaat, ditambah kopi panas manis, aduhai...
Stop!!! Jangan berharap enaknya hidangan di rumah. Ini pelatihan survival , sis!!
Sembari duduk dalam genangan air dan guyuran hujan, secara estafeta datanglah ketela rebus, pisang rebus, kentang rebus, alhamdulillah, luar biasa nikmatnya. Saat sempat terdengar lirih," kentang ini dicocol saus, ditambah daging, buncis, wow...jadilah bistik. Hahaha...jika haus, tinggal mendongak ke atas, nikmati segarnya air hujan, meski nggak sampai satu tegukan. Setidaknya cukup membasahi kerongkongan.
Gimana sholatnya? Jangan tanya tempatnya. Subhanallah, di situ juga. Betul2 kisah heroik. Sholat di tengah guyuran hujan. Bermantol dan menggendong tas besar -yg jangan tanya gmn beratnya- super berat. Maklum, bawaan emak2 buanyak dan komplit. Betul2 para emak yg super keren, super kuat. Emak2 perkasa. The power of emak-emak. Wow...barakallah buat para emak.
Cukupkah sampai di situ? Oh, no. Selaksa cinta terus tercipta dari latansa. Kita saling mengingatkan untuk istirahat dulu, saat ada sahabat yg sakit. Kita saling memahami saat antri, baik saat di kamar mandi ataupun kondisi lainnya. Kok bisa??
Ya. Karena ada cinta di antara kita. Akhwati fillah, ana ukhibbukum fillah wa lillah...
*
Sambutan mesra di rumah
Alhamdulillah, saatnya kembali ke rumah. Jalani lg fitrah sbg istri sholihah. Aamiin...
Tetiba di rumah, begitu buka pintu, suami tercinta tlah menyambut di balik pintu dgn senyum merekah. "Barakallah, ya, Mi", ucapnya lirih. Senyum berbalas senyum mesra.
Banyak cerita pun, akhirnya mengalir sembari melepas lelah. "Mi, tahu nggak. Tadi sore, saat abi nyapu dan ngepel lantai, tiba2 terbatuk-batuk. Si mbarep menghampiri, abi msh sakit? Bi, aku yg nyuci baju aja. Nanti kalo umi pulang pasti capek. jadi, biar langsung bisa istirahat. Akhirnya, di mbarep nyuci dan dibantu anak nomor dua."
Ya Rabb...kurang terharu gimana coba, sebagai emak. "Anak2 gmn, bi?" Begitulah wa-ku pada suami tercinta saat perjalanan pulang. Dan jawabnya,"tenang, mi. Semua aman terkendali." Terima kasih, suamiku...
*
Alhamdulillah, latansa (Pelatihan Perempuan Siaga) menyisakan kenangan takterhingga. Teramat berkesan untuk kadar para emak. Moga bermanfaat dan banyak hikmah. Aamiin...
Latansa...!!!
Ready...!!!
0 Komentar untuk "Selaksa Cinta dari Latansa"